Bogor. Media Kompas News.Com – Dengan adanya perubahan skedul pembangunan jembatan Otista tentunya tidak menggunakan anggaran sejumlah 49 M, karena ada beberapa rencana yang dibatalkan dalam pengerjaan proyek pembangunan jembatan Otista tersebut.
Dalam hal ini M. Thoriq selaku Ketua Forum Pemerhati Jasa kontruksi dan pembangunan (FPJKP) mengatakan, kalau menyikapi mengenai tehnik proyek pembangunan jembatan Otista tentunya harus dapat memilah dan memilih yang dinamakan cagar budaya.
Nah kalau jembatan atau bendungan air, itu sangat berdampak pada keselamatan jiwa manusia, berbeda dengan bangunan gedung yang masuk dalam katagori cagar budaya, itu perlu dilestarikan, nah kalau jembatan Otista, tentunya perlu adanya perbaikan demi keselamatan manusia, ungkap Thoriq dikantornya (23-5-2023).
Masih penuturan Thoriq, kalau jembatan masuk cagar budaya akan berdampak terhadap keselamatan nyawa manusia, karena jembatan setiap hari dilintasi oleh pengguna jalan dari kendaraan roda dua hingga kendaraan besar yang bobot tonasenya menjadi beban terhadap kekuatan jembatan Otista tersebut.
Kalau mengenai pengakuan pembuatan jembatan Otista pada Tahun 1930, memang itu benar, tapi kalau masuk cagar budaya yang harus dilestarikan yang tidak boleh dibangun itu salah kaprah, karena jembatan merupakan sarana kebutuhan kita semua, dan harus dipikirkan keselamatan juga, kalau tidak diperbaiki akan membahayakan bagi keselamatan jiwa manusia, kata Thoriq, dan siapa yang harus bertanggung jawab kalau jembatan itu ambruk karena tidak diperbaiki.
Bahkan Torik juga sudah mengingatkan kepada pihak Dinas Pariwisata Kota Bogor, agar jembatan dan bendungan jangan dimasukan cagar budaya yang harus dilestarikan dari segi pembangunanya, karena apa, jembatan dan bendungan harus dilihat dari perkembangan kehidupan untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Kalau menyikapi pengerjaanya menurut Torik tidak perlu adanya pembongkaran, karena pembongkaran akan memakan waktu lama dan menghamburkan anggaran, sebaiknya kalau mau dilebarkan jembatan tersebut cukup dilebarkan saja, tidak perlu pembongkaran, disitulah kesalahan skedul yang menghamburkan anggaran.
Karena ini sudah terlanjur proyek sudah berjalan, tinggal kawal aja jalanya pelaksanaan proyek tersebut, dan kalau pertanyakan mengenai SKA dan SKT, antara tenaga ahli dan tenaga tehnik, dia harus stand by dilokasi selama proyek berjalan, ini tidak main main dan harus diawasi oleh LSM termasuk wartawan, ungkap Thoriq.
Kalau mengenai PPK dan penanggung jawab mengenai anggaran semuanya ada keterkaitan, jangan sampai proyek ini menjadi temuan BPK, dari permasalahan kontruksi yang mengabibatkan patal bagi semua unsur yang terkait dengan proyek pembangunan jembatan Otista.
Harapanya, agar pihak PUPR Kota Bogor selalu mengawasi perkembangan proyek tersebut, untuk disesuaikan dengan skedul, atau net work skedul, setelah ada perubahan.
Bahkan menurut Thoriq jangan membuat heboh masyarakat dengan pengalihan jalur selama proyek berjalan kalau menurut Thoriq tidak perlu melakukan itu, dan tidak perlu adanya pembongkaran, karna waktu dan anggaran, kalau mau dilebarkan ya lebarkan saja kan bisa dikerjakan dari kiri dulu, lalu kekanan, jadi masyarajat tidak dibuat heboh. (Tim)