Media Kompas News.Com – Sumut – Kegiatan manasik haji yang dilaksanakan Kemenag RI Kota Tebing Tinggi selama 10 hari kepada calon jamaah haji tahun 2023 belum seluruhnya menyentuh kebutuhan para calon jemaah.
Berkaitan dengan pelaksanaan ibadah sudah baik, yang disampaikan oleh nara sumber berkompeten seperti Ustad Drs. H. Nizar Rangkuti, Ustad H. Gazali Saragih, Ustad H. Achyar Nasution, Ustad H. Agushul Khoir dan Ustad H. Zulkifli.
Namun berkaitan dengan kesiapan jamaah untuk mencukupi kebutuhan sehari hari atau pun bila menghadapi kendala ibadah dan juga khusus menangani jamaah lansia belum tergambarkan.
Perlu di lakukan pembenahan menyeluruh untuk kedepannya dan adanya kerjasama antara Kemenag, IPHI atau pihak lain.
Pernyataan diatas disampaikan Pendamping Haji Daerah (PHD) Kota Tebing Tinggi Tahun 2023 H. Aidil, SE, dalam sambutan mewakili Walikota Tebing Tinggi Drs. Syarmadani, MM dalam acara Penyambutan dan Tepung Tawar Jamaah Haji 2023 yang dilaksanakan IPHI Kota Tebing Tinggi sekaligus merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 di Masjid Nurul Huda Bagelen Kec. Padang Hulu,Rabu(19/7-2023).
Dijelaskan Aidil, untuk manasik kedepan, perlu disampaikan kepada keluarga jamaah Lansia, berbagai hal berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci, seperti perlunya fisik yang prima dan kebutuhan biaya jika jamaah lansia tidak kuat untuk melaksanakan tawaf, sa’i atau lempar jumroh.
“Sehingga tidak mengganggu jamaah lain yang hendak beribadah”, sebut Aidil dengan harapan untuk manasik kedepan lebih baik lagi dari Tahun 2023.
Ketua Rombongan 8 Kloter 04 Tebing Tinggi H. Suhartoyo menambahkan, hendaknya kedepan dalam kegiatan manasik haji, nara sumber lebih detail menyampaikan apa apa saja kebutuhan dan perlengkapan seorang jamaah jika hendak berangkat ke tanah suci.
Misal, selama pelaksanaan ibadah haji, menu makanan yang disiapkan panitia tidak sesuai selera lidah orang Indonesia. Jadi perlulah membawa persediaan makanan dari tanah air, seperti sambal pecal, sambal teri, rendang, mie instan atau bahan makanan lainnya.
Makanan yang di siapkan panitia haji bukan tidak enak, tapi tidak sesuai dengan selera orang Indonesia khususnya orang Tebing Tinggi. Misal, Nasi kuning pakai kacang tanah di goreng atau nasi putih pakai paha ayam direbus tanpa lauk lainnya. Nah hal seperti ini perlu juga digambarkan, sehingga jamaah bisa membawa bekal yang sesuai seleranya.
Akibat kurangnya penyampaian saat manasik, banyak jamaah yang tidak selera makan, kalaupun makan cuma sedikit, sehingga kondisi fisik melemah. Kalau masih punya persediaan uang cukup masih bisalah beli makanan lain diluar.
“Kalau bisa, salah satu nara sumber dari Jamaah Haji tahun sebelumnya sehingga pengalamannya lebih mendekati. Jangan nara sumber dari jamaah yang berangkat 5 atau 10 tahun yang lalu, tidak nyambung nanti”, ucap H. Suhartoyo menjelaskan.
Ditambahkan H. Suhartoyo, masalah pakaian yang dibawa para jamaah juga perlu di jelaskan secara detail, apa apa saja yang dibawa dan berapa potong jumlahnya.
“Banyak jamaah yang membawa pakaian berlebih, sehingga saat berangkat kopernya penuh dengan pakaian dan ketika pulang tidak bisa membawa oleh oleh lebih, akhirnya ada yang meninggalkan pakaian ihram, sarung atau beberapa helai baju,” ucap H. Suhartoyo sambil tersenyum.
Eddi Gultom