Mediakompasnews.Com – Banyuwangi, Jawa Timur – Pameran lukisan Semerbak Mewangi yang diselenggarakan di galeri Ujung Timur desa Ketapang Banyuwangi, Selasa 23 Juni 2025 . Tidak sekadar menjadi ruang ekspresi bagi para perupa, tetapi juga menjadi titik temu kolaborasi strategis antara pemerintah daerah, pelaku industri perhotelan, organisasi media, dan kalangan seniman. Diskusi yang digelar menyusul pameran ini menggambarkan sinergi lintas sektor yang bertujuan memperkuat ekosistem ekonomi kreatif serta mendorong Banyuwangi sebagai destinasi wisata berbasis seni dan budaya
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Banyuwangi (PHRI), Zaenal Alvaro, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggara pameran yang berhasil mengintegrasikan unsur Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) dalam kegiatan tersebut. Ia menilai keterlibatan sektor penginapan, khususnya homestay, memberikan dampak nyata terhadap perekonomian lokal.
“Kegiatan seni seperti ini jangan berhenti sebagai acara seremonial. PHRI siap menjalin kerja sama nyata dengan para seniman, baik untuk menampilkan karya di ruang-ruang publik hotel maupun menciptakan atmosfer artistik sebagai daya tarik wisata,” ujar Zaenal. Ia juga menekankan perlunya manajemen galeri yang profesional agar mampu bermitra dengan pelaku pariwisata dan menjadi bagian dari destinasi wisata kreatif.
Lebih lanjut Zaenal Ketua PHRI menambahkan,” Saya mendorong kolaborasi yang lebih erat dengan media untuk memperluas jangkauan promosi serta menyarankan kemitraan dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) guna memperkuat jejaring lokal,” imbuhnya
Ketua PWMOI Banyuwangi Moch Supriyanto, menekankan pentingnya peran media dalam mengangkat narasi seni lokal.
“Media seharusnya menjadi ruang kolektif bagi seniman untuk menyampaikan karya dan suara mereka, bukan sekadar peliputan sesaat. Kita punya tanggung jawab menyampaikan makna dari tiap pertunjukan, pameran, atau karya yang lahir dari ruang budaya masyarakat.” ujarnya
Disbudpar, membuka berbagai peluang fasilitasi bagi seniman dan budayawan. Mulai dari rekomendasi akses Dana Indonesiana untuk pembiayaan kegiatan, hingga penyediaan sarana prasarana seperti sistem suara, pencahayaan, dan peralatan seni lainnya.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Dewa Alit Siswanto, menyoroti perlunya penguatan basis data pelaku seni rupa. “Saat ini baru sekitar tiga persen seniman perupa yang terdata. Ini tantangan sekaligus peluang dengan database yang kuat, kami bisa memberikan dukungan yang lebih terstruktur,” tandasnya
Diskusi yang berlangsung hangat ini menunjukkan komitmen bersama untuk membangun ekosistem seni yang berkelanjutan dan inklusif di pandu oleh Indah Tukiman dari Rumah Lentera. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, komunitas media, dan seniman menjadi kunci dalam menjadikan seni sebagai penggerak ekonomi dan identitas kultural Banyuwangi.
(PWMOI Banyuwangi)