Mediakompasnews.com– Sumatera Utara – Batu Bara, kehidupan di Kabupaten Batu Bara, terkhususnya di daerah pesisir tanjung tiram, terdiri dari usaha nelayan nelayan dan juga pedagang serta berwira swasta lain nya.
Dalam kurun waktu beberapa hari yang lalu, perairan di tanjung tiram terjadi badai, atau pun gelombang ombak yang tinggi, yang dikenal dengan gelombang Angin Barat, atau yang dikenal dengan istilah angin koncang.
Hasil dari pantauan awak media, yang berlokasi di pelabuhan tanjung tiram, nelayan banyak yang lesu sambil duduk di lokasi pelabuhan, yang sedang memikirkan nasib nya yang menuju berangkat kelaut guna untuk mengais rezeki dari laut. Sabtu, 24/12/2022.
Terdapat dari beberapa jaring nya yang naik kepelabuhan, guna untuk di sisip atau yang dikenal dengan membubul, yang mana, sambil menunggu hendak berangkat kelaut, juga sambil menunggu info dari para nelayan yang pulang dari laut.
Salah satu masyarakat nelayan yang berasal dari tanjung tiram Ridwan (43 tahun) yang sempat di kompirmasi oleh awak media mengatakan, “yang mana kami ini sedang menunggu hendak berangkat kelaut, guna untuk mencari rezeki, kendala kami dalam kurun beberapa waktu yang lalu, adalah karena dari faktor kondisi alam, yang mana telah terjadi nya bakat atau gelombang yang tinggi, sehingga, terkendalanya kami untuk berangkat melaut”.
“Ada pun dari kendala lain nya adalah, dikarenakan, ada nya lonjakan minyak Solor yang naik, sehingga mencapai seharga Rp 280.000 perjerigen nya, yang berisi dari 33 liter, sehingga yang perliternya mencapai dari harga Rp 8.500 perliternya, ini pun menjadi salah satu kendala juga bagi kami, karena minyak itu di ambil dari agen dan di beli oleh pemilik kapal, sehingga ini menjadi utang bagi kami, untuk mencari hasil di laut, dana sokong yang di perkirakan mencapai Rp 2.000.0000 sekali berangkat, namun jika tidak berhasil penangkapan ikan di tengah laut, maka ini menjadi hutang kami”, ujar dari nelayan tersebut kepada awak media.
Dengan harga jual beli (pedagang) yang tinggi, sehingga hasil dari laut juga tak dapat terpenuhi, untuk menutupi dana yang hendak berangkat kelaut tersebut, akan menjadi beban untuk ke esok hari nya.
Ada pun, dari harga pedagang sembako yang tinggi, sehingga menjadi kendala juga, di harapkan kepada pemerintah, agar dapat untuk menetralisasi kan harga pasaran, sehingga berimbang dengan penghasilan dari laut.
“Kami mengharapkan, agar pemerintah dapat memperhatikan dari harga harga yang naik tersebut, agar kami bisa untuk lebih giat lagi mencari nafkah untuk keluarga, dan perekonomian kami bisa stabil kelak”, harap nya.
Selain dari kendala faktor alam yang terjadi, seperti angin dan juga gelombang, juga ada dari faktor harga minyak solar yang tinggi, sehingga menjadi salah satu kendala bagi nelayan.
“Harap kami, dalam kasus ini, pemerintah dapat untuk memberikan suatu solusi bagi kami, dalam hal perminyakan yang di perjual belikan tersebut, karena dengan harga yang tinggi ini, bisa juga untuk miris nya dari hasil penghasilan kami, juga tindak tegas bagi tengkulak tengkulak minyak, yang sangat menjadi beban bagi kami nelayan ini”, ungkapnya ketus. (Albs70)