Mediakompasnews.Com Jakarta, – Pidato Honoris Causa Bung Karno di bidang Sosial Humaniora dinilai menjadi inspirasi dunia akademik di Indonesia dalam penanaman prinsip bahwa ilmu pengetahuan haruslah diamalkan dalam masyarakat untuk kemajuan bangsa. Kiprah Bung Karno sebagai sosok pemimpin, pemersatu bangsa dan juga seorang pemikir yang berjasa di bidang ilmu pengetahuan tidak hanya diakui oleh dunia akademik dalam negeri, melainkan juga diberikan penghargaan oleh dunia akademik internasional.
Hal itu disampaikan oleh Dosen Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Andi Sandi dalam serial talkshow Bung Karno Series dengan tema “Membedah Anugerah Doctor Honoris Causa Bung Karno di Bidang Sosial Humaniora” yang ditayangkan di channel Youtube BKN PDI Perjuangan, dipandu oleh Host Ovi dan Sony Dimas pada Jumat (1/6/2022)
“Dalam pidatonya, Presiden Soekarno mengatakan bahwa Ilmu pengetahuan itu kalau hanya dipelajari hanya akan jadi sains dan berhenti di situ. Akan tetapi, Presiden Soekarno bilang, kalau Anda punya pengetahuan, gunakan ilmu pengetahuan itu untuk membangun bangsamu. Ini kan perlu dilihat lagi bahwa kita itu belajar, jangan dipakai untuk kepentingan kita sendiri,” tutur Sandi.
Menurut Sandi, pidato penganugerahan Honoris Causa Bung Karno di bidang sosial humaniora di beberapa kampus di Indonesia seperti di UGM dengan judul “Ilmu dan Amal” dan di UI dengan judul “Ilmu Pengetahuan Sekadar Alat Mencapai Sesuatu” itulah yang sampai saat ini dijadikan inspirasi dunia akademik, bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh mahasiswa di kampus haruslah dapat bermanfaat dan diamalkan di tengah-tengah masyarakat untuk kemakmuran masyarakat.
“Nah ini kemudian yang bisa kita lakukan refleksi dan ambil hikmahnya terkhusus untuk mahasiswa saat ini, generasi milenial dan generasi Z. Bahwa sangat idealis itu bagus dan mahasiswa perlu itu di kampus. Namun, ketika kita terjun ke masyarakat, jangan sampai idealisme itu dipaksakan, jangan sampai istilahnya kita di masyarakat ndakik-ndakik (berbahasa tinggi dan terlalu akademis namun tidak dipahami masyarakat) yang justru membuat ilmu yang sudah kita dapat di kampus tidak bermanfaat ketika coba kita amalkan di tengah masyarakat. Sebagai orang yang terdidik justru kita itu harus down to earth kalau ada di tengah masyarakat” ujar Sandi.
Lebih lanjut Sandi menjelaskan, bahwa Bung Karno yang mendapatkan gelar honoris causa dari berbagai kampus di dunia tidak hanya di Indonesia itu disebabkan karena penghargaan dunia internasional terhadap Bung Karno yang dianggap sebagai sosok nasionalis dan berjasa dalam bidang kemanusiaan. Soekarno bahkan dinilai mampu mengajak negara-negara yang dianggap negara dunia ketiga berkiprah dan bersuara di percaturan politik dunia.
“Tahun 1956 itu kalau tidak salah ada 5 dan 4 berturut-turut Presiden Soekarno mendapatkan gelar Honoris Causa dari universitas-universitas di AS. Kenapa kemudian begitu antusias dunia akademik internasional memberikan gelar itu ke Bung Karno? Karena waktu itu Presiden Soekarno dipandang sebagai sosok yang nasionalis dan pemersatu. Bahkan, Soekarno tidak hanya dipandang sebagai pemersatu di Indonesia, tetapi dia juga mampu membangun jembatan ke negara-negara yang selama ini tidak ikut dua kutub sosialis atau liberal, negara yang kemudian kita sebut sebagai negara dunia ketiga, Soekarno dianggap mambu membangkitkan kekuatan negara-negara tersebut untuk terlibat dalam politik dunia,” kata Sandi.
“Terkait Soekarno yang dianggap sosok pemersatu, saya membuktikan sendiri kenapa kemudian wilayah kedutaan besar Indonesia di India dekat sekali jaraknya dengan rumah prime minister (perdana menteri). Sampai saat ini status tanah itu diberikan oleh India kepada Indonesia dan itu adalah kantor duta besar yang paling dekat dengan pusat pemerintahan di India. Karena apa? Karena India menganggap saat itu Soekarnolah orang yang akan menjadi pemersatu mereka. Kalau dibilang India heterogen, Indonesia jauh lebih heterogen tetapi permasalahan konflik antar suku di India sampai sekarang masih sangat kuat, jauh dibanding Indonesia,” tambah Sandi.
(Erwin)